Lebong – Wakil Bupati Lebong Drs. Fahrurrozi, M. Pd. didampingi oleh Staf Ahli Bupati, Asisten, Bappeda dan Dikbud menghadiri Sosialisasi Parenting Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional Anak Usia Dini bertempat di Aula Bappeda. Selasa 18/07/2023
Orang tua harus menerapkan pola asuh yang berupa aturan ketat untuk anak dan mereka harus mematuhinya tanpa perkecualian. Aturan ini biasanya tidak dijelaskan secara rinci mengenai fungsinya dan jika anak-anak tidak patuh, maka hukuman menanti. Anak-anak yang mengalami pola asuh authoritarian biasanya memiliki apresiasi diri yang rendah karena pendapat mereka tak dihargai oleh orang tua. Walaupun cenderung penurut, tapi ada juga yang suka memberontak terhadap figur otoritas saat mereka dewasa.
Orang tua ingin memiliki hubungan yang positif dengan anak, karena itu semua aturan yang diterapkan mempunyai penjelasan tentang fungsinya. Sebagai konsekuensi jika terjadi pelanggaran aturan, maka akan ada tindakan disiplin untuk anak, bukannya hukuman. Pola asuh ini disebut yang paling sehat dan positif dan pelaksanaannya tidak mudah. Anak-anak yang diasuh dengan pola asuh authoritative akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri, bertanggung jawab, dan dapat membuat keputusan dengan baik.
Hubungan yang tercipta antara orang tua dan anak-anak lebih seperti pertemanan karena sangat sedikit aturan yang diterapkan berikut konsekuensinya. Orang tua percaya bahwa anak akan belajar lebih baik jika orang tua tidak terlalu terlibat. Kebebasan yang diberikan ini dapat berdampak negatif kepada anak jika ia tidak memiliki bimbingan yang tepat. Anak-anak biasanya memiliki masalah kesehatan karena asupan makanan yang tidak bergizi seimbang, serta kesulitan dalam mengikuti aturan yang berlaku.
Pola asuh authoritative memang paling ideal untuk Bunda terapkan kepada Si Buah Hati di usia pra sekolah. Pada dasarnya, anak-anak akan mengalami tumbuh-kembang yang optimal jika hidup mereka terstruktur, ini berarti orang tua harus menerapkan rutinitas sehari-hari, serta aturan berikut konsekuensinya.
Perasaan yang dialami anak pra sekolah mungkin jadi sesuatu yang asing bagi mereka. Nah, kita sebagai orang tua perlu membantu Si Buah Hati untuk memahami perasaan sendiri. Ajarkan mereka kata-kata emosi yang berbeda untuk mengungkapkan perasaan seperti ‘senang’, ‘marah’, ‘takut’, ‘jengkel’, ‘kesal’, dan lain sebagainya.
Orang tua juga harus memiliki empati untuk mengenali perasaannya. Bujuk Si Buah Hati untuk membicarakan sesuatu yang memancing kemarahannya. Bantu mereka mengenali perasaan apa yang mereka alami. Beri mereka waktu satu hingga tiga menit agar lebih tenang.
Mendidik Si Buah Hati usia anak prasekolah yang ingin aktif setiap saat memang tantangan tersendiri untuk oraang tua. Bantu Si Buah Hati yang semakin aktif dan mandiri dengan nutrisi dan gizi seimbang. (Adv/Bri)