BERITARAKYATINDONESIA.COM – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Bengkulu terus melakukan berbagai upaya dalam menekan inflasi. Salah satunya ialah memperkuat koordinasi dan sinergi dengan berbagai stakeholder, seperti Bank Indonesia.
Berbagai upaya dilakukan diantaranya mengendalikan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan pangan, kelancaran distribusi, terakhir ialah komunikasi yang efektif demi menekan laju inflasi di Kota Bengkulu.
“Untuk di Provinsi Bengkulu di angka 5,59 ini dikategori baik, alhamdulillah. Nah untuk Kota Bengkulu sendiri kita sudah ada beberapa antisipasi yang dilakukan, salah satunya yakni bersinergi dengan bank BI untuk melakukan kegiatan pasar murah. Kedua kita ajak masyarakat untuk memanfaatkan perkarangan mereka, seperti menanam cabai dan lainnya. Selain itu, dana APBD juga disiapkan dibeberapa instansi dalam menekan inflasi,” ujar Asisten II Pemkot Bengkulu Saipul Apandi bersama unsur Forkopimda saat rakor bersama Mendagri via zoom di monitiring center, Senin (24/10/2022).
Dalam rakor tersebut, pemerintah daerah mendapat lampu hijau apabila hendak menggunakan belanja tak terduga (BTT) dalam menekan laju inflasi.
“Tadi sudah dipersilahkan kepada gubernur, walikota, bupati untuk memanfaatkan dana BTT untuk penekanan inflasi. Ini nanti akan kita laporkan ke pimpinan,” terangnya.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kembali mengingatkan pemerintah daerah bersama tim pengendali inflasi daerah untuk bergerak bersama dalam mengendalikan inflasi.
“Angka (inflasi) nasional merupakan penjumlahan dari langkah-langkah yang dilakukan oleh semua daerah, 548 daerah, baik provinsi, kemudian kota dan kabupaten, semua harus bergerak bersama,” kata Tito Karnavian saat memimpin rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah.
Tito mengatakan kondisi inflasi di Indonesia masih landai, bahkan jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain, berada sekitar 5,95 persen.
Tetapi, lanjutnya, hal itu tidak boleh membuat semua pihak lengah karena akar penyebab inflasi bukan pada kondisi ekonomi lokal, tetapi lebih pada kondisi global yang sampai saat ini masih terus memengaruhi sektor ekonomi dan keuangan. (AE/8).